- Back to Home »
- AKSI HORMON PADA MANUSIA
Posted by : Budiatman Dani
Selasa, 03 November 2020
Aksi hormon dalam tingkat selular
Horomon mengatur aktivitas sel, jaringan, dan organ secara terus menerus. Hormon mengitari dalam cairan ekstraseluler dan berikatan dengan reseptor spesifik pada sel target. Kemudian memodifikasi aktivitas selular dengan mengubah permeabilitas memberan, mengaktifkan atau menonaktifkan enzim kunci, atau mengubah aktivitas genetik. Agar mempengaruhi sel target, hormon harus dapat berinteraksi dengan reseptor yang sesuai. Reseptor hormon yang berupa neurotransmitter adalah molekul protein yang mengikat molekul tertentu dengan kuat. Setiap sel memiliki beberapa reseptor yang berbeda hormon dan sel dalam jaringan yang berbeda memiliki kombinasi reseptor yang berbeda pula. Susunan tersebut salah satu alasan hormon memiliki efek berbeda pada jaringan yang berbeda. Pada setiap sel, ada atau tidak adanya reseptor spesifik menentukan sensitivitas hormon sel. Jika sel memiliki reseptor yang kurang maka hormon pada sel tersebut tidak dapat berpengaruh. Reseptor hormon terletak didalam memberan plasma.
Fakor yang mempengaruhi aksi atau kinerja hormon adalah:
Kecepatan sintesis hormon dan sekresi hormon dan kinerjanya, Sintesis transportasi hormon di dalam plasma (spesifik carrier protein), Reseptor hormon khusus yang terdapat pada organ sasaran yang berbeda dengan letak reseptor, Kecepatan degradasi hormon, Kecepatan perubahan hormon dari bentuk nonaktif menjadi bentuk aktif, dan Jarak, maksudnya perubahan dari salah satu faktor yang merubah jumlah aktivitas pada organ sasaran.
Kelainan hormon serta treatment
Salah satu kelainan hormon pada manusia adalah Gigantisme. Kelainan hormon ini akibar dari produksi hormon yang berlebihan pada anak-anak yang memberi dampak kepada ukuran tinggi dan berat badannya. Walaupun tergolong langka dan terjadinya sebelum lempeng epifisis atau lempeng pertumbuhan di dalam tulang menutup. Selama masa pertumbuhan, anak-anak yang terkena kelainan ini dapat memiliki ukuran tinggi dan berat badan di atas rata-rata. Meski demikian, kelainan ini tidak mudah dikenali gejalnya dan awalnya dianggap sebagai fase pertumbuhan anak yang wajar.
Gigantisme terjadi biasanya ditemukan berupa tumor pada kelenjar hipofisis atau pituitari yang terletak di bagian bawah otak. Kelenjar ini berperan pada perkembangan seksual, pengendalian suhu tubuh, produksi urin, serta metabolisme dan pertumbuhan. Tumbuhnya tumor pada kelenjar hipofisis menyebabkan kelenjar ini memproduksi hormon pertumbuhan secara berlebihan. Tidak hanya tumor pada kelenjar hipofisis atau pituitari, tumbuhnya tumor pada jaringan ikat dan sistem saraf juga dapat menyebabkan terjadinya Gigantisme.
Gejala Gigantisme pada anak dapat dikenali secara langsung dengan munculnya tanda tanda fisik seperti; tangan dan kaki yang berukuran sangat besar, wajah yang terasa kasar, jari kaki dan tangan terasa tebal, dahi dan dagu yang berukuran lebar, perkembangan masa puber yang lambat, terdapat celah di antara gigi, gangguan pola tidur, mengeluarkan air susu ibu (ASI), dan sering berkeringat. Akan tetapi, gejala yang dialami tergantung dari seberapa besar ukuran tumor pada kelenjar hipofisis, karena tumor yang berukuran besar dapar menyebabkan gejala tambahan akibat penekanan pada saraf otak. Penderita Gigantisme dapat mengalami sakit kepala, kelelahan, mual, gangguan pengelihatan, kehilangan pendengaran, serta siklus mensturasi yang tidak normal.
Adapun treatment yang dilakukan untuk anak yang mengalami Gigantisme adalah dengan cara mengendalikan produksi hormonnya. Akan tetapi bagaimanapun juga, belum ada terapi pengobatan yang sukses mengontrol produksi hormon pertumbuhan secara stabil. Ada beberapa metode pengobatan yang dapat dilakukan bagi penderita Gigantisme, anatara lain adalah; (1) Pembedahan. Pembedahan dilakukan jika Gigantisme disebabkan oleh tumor kelenjar hipofisis. Tumor akan diangkat dari kelenjar hipofisis atau pituitari dengan menggunakan alat khusus yang dimasukan lewat hidung. Alat tersebut dilengkapi dengan kamera kecil yang membantu dokter melihat kondisi tumor. (2) Terapi sinar gamma. Terapi sinar gamma atau dikenal dengan gamma knife radiosurgery adalah metode alternatif yang dilakukan untuk mengobati tumor di otak. Terapi ini akan memaparkan ratusan sinar radiasi kecil pada tumor. Walau lebih efektif serta dapat mengendalikan level pertumbuhan hormon menjadi normal terapi ini dapat beresiko memicu terjadinya gangguan emosional pada anak-anak, obesitas, dan ketidak mampuan belajar. Terapi sinar gamma umumnya diambil sebagai pilihan terakhir jika metode operasi standar mengalami kegagalan.
(sumber: www.alodkter.com) di ambil pada tanggal 10 September 2019 pukul 14.35.