- Back to Home »
- Dampak Pencemaran Plastik di Perairan Laut
Posted by : Budiatman Dani
Kamis, 22 Oktober 2020
Hampir sebagian besar dari planet kita adalah lautan yakni mencapai hingga 70%. Lautan mengandung 97 persen dari semua air di Bumi. Suhu, zat kimia, arus, dan sumber daya kehidupan yang ada dilaut memungkinkan kehidupan manusia. Lautan mengatur iklim dunia, dan iklim mengatur kehidupan. Air hujan, air minum, cuaca, sebagian besar sumber makanan di planet ini, dan bahkan oksigen yang kita hirup semuanya disediakan atau diatur oleh lautan (Sylvia Michele Diez et al., 2019). Ekosistem laut didunia ini merupakan salah satu ekosistem yang mampu memberikan fasilitas terhadap manusia seperti makanan, sumber karbon, detox limbah, bahkan dapat menyediakan tempat refreshing seperti rekreasi (Beaumont et al., 2019).
Pencemaran air laut, merupakan salah satu masalah besar yang harus ditindak lanjuti. Salah satu penyebab pencemaran air laut adalah limbah plastik. Sejak tahun 2014, jumlah sampah plasik yang telah mencemari laut mencapai lebih dari 5 trilliun plastik atau setara dengan 250.000 ton plastik yang mengapung di laut (Barboza et al, 2018). Polusi plastik kini telah menjadi keprihatinan global karena sampah plastik telah mencapai semua lautan di dunia dan memberikan efek negatif pada organisme laut dan keanekaragaman hayati serta pada mata pencaharian manusia dan ekonomi. Sampah plastik dilaut juga memberi dampak negatif yang cukup besar bagi masyarakat pesisir untuk mempertahankan pendapatan pariwisata terutama bagi nelayan (Thevenon & Carroll, 2015).
Sampah plastik dilaut dihasilkan dari infrastruktur dan manajemen pembuangan limbah yang tidak memadai dan juga kurangnya pengetahuan publik tentang dampak lingkungannya. Selain itu, partikel plastik berkepadatan rendah yang mengapung di permukaan laut menyebabkan kontaminan hidrofobik pada air laut yang tercemar di sekitarnya, dan melepaskan bahan kimia beracun intrinsiknya (bahan tambahan plastik) sementara partikel tersebut dapat terurai menjadi partikel yang lebih kecil memerlukan beberapa dekade hingga berabad-abad karena ketahanannya yang tinggi terhadap degradasi alami (Thevenon & Carroll, 2015).
Bukti penurunan biodiversitas laut
Masuknya sampah plastik kedalam perairan air laut berpotensi menimbulkan dampak terhadap organisme air laut, habitat, ekosistem, bahkan siklus biogeokimianya. Beberapa laporan yang ada mengenai dampak pencemaran sampah plastik adalah organisme laut yang memakan sampah plastik ataupun terperangkap dalam sampah plastik (Law, 2017). Konsumsi plastik oleh spesies laut telah banyak dilaporkan, termasuk untuk burung laut, penyu, ikan, kerang, krustasea dan mamalia laut (Thevenon & Carroll, 2015). Polusi sampah plastik dilaut memiliki dampak yang berbahaya secara langsung ataupun tidak langsung terhadap biota laut atau satwa laut. Meningkatnya sampah plastik diperairan laut menyebabkan terdegradasinya ekosistem air laut, sedangkan sampah plastik yang terapung dan terbawa aliran ombak akan menyebabkan persebaran invasif spesies yang akan mengancam biodiversitas lain. Selain itu, sampah plastik mengandung senyawa kimia berbahaya yang dapat meracuni atau bahkan mematikan biota laut (IUCN, 2014).
Deskripsi Kasus
Meningkatnya jumlah sampah plastik yang menuju perairan menyebabkan munculnya rantai masalah. Kehadiran sampah plastik dapat mengancam keanekaragaman hayati laut. Berdasarkan laporan Dias & Lovejoy (2012), menunjukkan bahwa 663 spesies di perairan laut terkena dampak dari polusi plastik. Lebih dari setengahnya terjadi karena entanglement dan ingestion. Jumlah spesies yang terganggu karena polusi plastik saat ini meningkat hingga lebih dari 40%. Menurut Thevenon & Carroll (2015), Terancamannya keanekaragaman laut oleh adanya induksi sampah plastik terjadi karena beberapa mekanisme yakni secara langsung entanglement dan ingestion juga secara tidak langsung yakni menimbulkan introduksi invasive spesies.
Dampak langsung yang ditimbulkan oleh meledaknya sampah plastik dilaut adalah terjeratnya (entanglement) biota laut pada sampah plastik seperti terperangkap pada sisa jaring, botol bekas , dan lain sebagainya. Biota laut yang terjebak pada sampah plastik akan susah dalam melakukan pergerakan dan mencari makan, berkurang kemampuan hidupnya, terlukai badannya sehingga menyebabkan kematian secara perlahan. Beberapa kasus yang telah dilaporkan menunjukkan bahwa biota laut yang berukuran besar seperti penyu, paus, seabird memiliki potensi yang lebih besar untuk terperangkap pada polusi plastik (Law, 2017).
Selain itu data menunjukkan bahwa fenomena ingestion yakni ketika biota laut mengkonsumsi sampah plastik menimbulkan dampak paling serius terhadap ancaman kepunahan biota laut. Hal tersebut dikarenakan konsumsi sampah plastik dapat terjadi pada biota laut baik yang berukuran kecil maupun besar. Fenomena ingestion dapat menimbulkan rantai penyebaran polusi plastik secara tidak langsung yakni melalui persebaran rantai makanan. Menurut Karlsson et al (2018), Meskipun tidak mudah menghitung secara pasti berapa banyak spesies yang terancam oleh polusi plastik, namun hingga saat ini sudah ada ratusan spesies yang terbukti mengkonsumsi plastik.
Seperti kita ketahui bahwa plastik mengandung bahan kimia berbahaya. Plastik yang dimakan dapat berupa makroplastik ataupun mikroplastik. Berdasarkan beberapa penelitian menunjukkan bahwa efek yang ditimbulkan dari konsumsi plastik diantaranya adalah pemblokiran proses pencernaan, luka pada saluran pencernaan, keracunan bahan kimia (mikroplastik), rusaknya sistem organ pada ikan, serta menimbulkan kematian baik secara langsung atau jangka panjang. Selain itu, adanya microplastik menyebabkan deposit plastik dan distribusi plastik yang berkelanjutan antar organisme (Law, 2017).
Akumulasi sampah plastik ekosistem perairan laut dapat menyebabkan degradasi habitat dimana sampah plastik bervolume yang terapung dilaut dapat membentuk habitat baru dan memungkin penyebaran spesies invasive (Thevenon & Carroll, 2015). Penyebaran invasive (alien) spesies karena polusi plastik di laut merupakan hal yang paling jarang dilaporkan dan didikumentasikan. Plastik yan tidak mudah terurai akan terapung dilaut dalam kurun waktu yang lama dan akan terbawa arus hingga ketempat yang jauh yang tidak dapat diprediksikan secara pasti. Hal tersebut memungkinkan adanya perpindahan spesies baik hewan ataupun tumbuhan kesuatu habitat baru yang berpotensi menjadi invasive alien spesies sehingga akan mengganggu keseimbangan ekosistem laut tersebut. Menurut (Gall & Thompson, 2015), 6 penelitian menunjukkan bahwa terdapat 85 taksa menggunakan polusi dilaut sebagai habitatnya. Sedangkan sangat jarang sekali yang melaporkan adanya fenomena invasive alien spesies, hingga saat ini baru dilaporkan 6 invasive alien spesies akibat polusi plastik.
Kesimpulan
Introduksi sampah plastik ke ekosistem air laut menyebabkan fragmentasi habitat, menimbulkan introduksi invasive alien spesies di wilayah lain, serta polusi plastik secara langsung dapat mematikan biota laut. Meningkatnya polusi plastik di ekosistem laut berpotensi meningkatkan status kepunahan biodiversitas yang ada pada air laut. Dalam upaya menanggulangi masalah tersebut, setiap individu harus sadar dan bijak dalam menggunakan dan mengelola sampah lain, serta disisi lain dibutuhkannya peraturan yang jelas mengenai penggunaan plastik.Tim penyusun:
Arifa Rizqi Nafisa, Husnul Budiatman Dani, dan Illona Megatywie