Berbagai Tools AI yang Wajib Dicoba oleh Mahasiswa dan Dosen

Dalam era digital saat ini, kecerdasan buatan (AI) telah menjadi alat yang sangat berguna dalam berbagai bidang, termasuk pendidikan. Mahasiswa dan dosen dapat memanfaatkan AI untuk meningkatkan produktivitas, memperdalam pemahaman, dan mempermudah berbagai tugas akademis. Berikut adalah beberapa AI yang wajib dicoba oleh mahasiswa dan dosen:


Audio

1. Lovo.ai

2. Speechify.com

3. Murf.ai

4. Media.io


Website

1. 10web.io

2. Durable.co

3. Alliai.com

4. Subpage.app


Video

1. Steve.ai

2. Pictory.ai

3. Deepbrain.io

4. Heygen.com


Research

1. Paperpal.com

2. Beta.monic.ai

3. Consensus.app

4. Perplexity.ai

5. You.com


Presentation

1. Beautiful.ai

2. Simplified.com

3. Slidesgo.com

4. Sendsteps.com


Content Creation

1. Lovo.ai

2. Writesonic.com

3. Jasper.ai

4. Stockimg.ai

5. Copy.ai

Dengan memanfaatkan AI, mahasiswa dan dosen dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan penelitian mereka. Jangan ragu untuk mencoba alat-alat ini dan rasakan manfaatnya dalam kegiatan akademis Anda!

Semoga informasi ini bermanfaat dan selamat mencoba! Jika ada alat AI lain yang Anda rekomendasikan, jangan ragu untuk berbagi di kolom komentar.

Minggu, 24 November 2024
Posted by Budiatman Dani

Memperbaiki Tampilan OJS 3.2 Berantakan


Ketika Anda selesai melakukan
installasi cms OJS 3 di hosting dan mendapati tampilan website berantakan, hal tersebut dikarenakan OJS3 menggunakan function readfile.

Untuk mengatasi masalah tersebut cukup file ./lib/pkp/controllers/page/PageHandler.inc.php. dengan file yang sudah saya sediakan.

Buka Cpanel kemudian pilih file manager.

Buka folder di public_html:lib/pkp/controllers/page/PageHandler.inc.php

Download file berikut: PageHandler.inc.php

Setelah download, upload file di cpanel pada public_html:lib/pkp/controllers/page/

Ekstrak file dan buka PageHandler.inc.php

pastikan jika ada script berikut:

readfile($cachedFile);

ubahlah menjadi

echo file_get_contents($cachedFile);

Demikian tutorial singkat memperbaiki tampilan Open Journal System 3, semoga bermanfaat.
Senin, 18 November 2024
Posted by Budiatman Dani

Biodiesel dari Mikroalga

 

Konsumsi energi primer atau permintaan energi meningkat sebanyak 4,9% pada hasil review tahun 2018 oleh BP Stastical. Data dari BP Stastical Review 2019 yang dirilis (16/10) menjelaskan bahwa meningkatnya permintaan energi primer tersebut disebabkan karena meningkatnya permintaan layanan transportasi. (Republika.co.id) Secara terus-menerus, dunia meningkatkan penggunaan energi diikuti peningkatan jumlah populasi manusia, dan hendak mencapai standar kehidupan. Penggunaan energi tentunya berdampak pada lingkungan seperti semakin banyaknya produksi gas karbon dioksida (CO2) terhadap iklim sehingga dibutuhkan analisis kembali tanaman yang berpotensi dalam menghasilkan bioenergi. (Jones & Mayfield, 2012)

Bentuk bioenergi modern, etanol, biodiesel, dan biogas adalah produk utama bioenergi. Etanol dan biodiesel dapat digunakan sebagai bahan bakar transportasi, dan etanol juga produk mentah penting dalam industri kimia. Produk etanol berperan penting dalam transformasi petroleum terhadap biomassa berdasarkan ekonomi, ketahanan pangan dan lingkungan (Sari & Hardiyanto, 2013) 

Oleh karena itu harus dilakukan sebuah gagasan untuk melakukan balancing antara permintaan dan produksi energi, salah satunya dengan mencari sumber energi alternatif lain yang lebih ekonomis, ramah lingkungan dan bersifat renewable. Mikoroalga dapat dijadikan penghasil minyak dan dimanfaatkan sebagai sumber bahan baku pembuatan Biodiesel. Biodiesel dari alga tampaknya menjadi satu-satunya biofuel terbarukan yang memiliki potensi untuk benar-benar menggantikan minyak bumi yang digunakan sebagai bahan bakar transportasi tanpa merugikan pasokan makanan dan produk tanaman lainnya. (Satputaley, Zodpe, & Deshpande, 2018)

***
Biodisel
Biodiesel secara umum didefiniskan sebagai ester monoalkil dari minya tanaman dan lemak hewan. Minyak yang berasal dari tumbuhan dan lemak hewan serta turunannya mempunyai kemungkinan sebagai pengganti bahan bakar diesel (Srivastava & Prasad, 2000) sedangkan menurut (Adhani, Aziz, Nurbayti, & Octavia, 2016) biodiesel adalah bahan bakar alternatif untuk mesin diesel yang dihasilkan dari reaksi transesterifikasi antara minya nabati atau lemak hewani yang mengandung trigliserida dengan alkohol seperti metanol dan etanol. Reaksi transesterifikasi ini memerlukan katalis basa kuat seperti natrium hidroksida atau kalium hidroksida sehingga menghasilkan senyawa kimia baru yang disebut dengan metilester. Berikut adalah gambar reaksi pembentukan senyawa alkil ester (biodiesel)

Mikroalga
Mikroalga pada umumnya merupakan tumbuhan renik berukuran mikroskopik (diameter antara 3-30 μm) termasuk ke dalam kelas alga dan hidup sebagai koloni maupun sel tunggal di seluruh perairan tawar maupun laut. Morfologi mikroalga berbentuk uniselular atau multiselular tetapi belum ada pembagian fungsi organ yang jelas pada sel-sel komponennya. (Sriamini & Susilowati, 2010)  Mikroalga juga dikategorikan sebagai tanaman primitif mikroskopis yang bisa melakukan fotosintesis pada habitat laut dan biasanya disebut sebagai rumput laut. (Yew et al., 2019)

Proses Fotosintesis
Radiasi matahari menyinari bumi diperkirakan mencapai 178.000 terawatt per tahun atau setara 15.000 kali kebutuhan energi saat ini. Fotosintesis sendiri mengkonsumsi sekitar 10 kali kebutuhan energi dunia dan ini hanya sebagian kecil dari radiasi matahari. Sekitar 2/3 produktivitas fotosintesis berasal dari tumbuhan di daratan, sementara itu sisanya berasala dari aktivitas fitoplankton atau mikroalga di lautan yang menutupi sekitar 70% luas permukaan bumi. Karena biomassa berasal dari fotosintesa tanaman dan alga, keduanya menjadi sasaran kajian-kajian yang terkait dengan produksi energi biomassa. (Irhamni, 2008)
Dalam proses fotosintesis terjadi reaksi utama yaitu reaksi terang dan reaksi gelap. Pada proses reaksi terang sangat bergantung kepada ketersediaan sinar matahari. Rekasi terang merupakan penggerak bagi reaksi pengikat CO2 dari udara. Rekasi ini melibatkan beberapa komleks protein dari memberan tilakoid yang terdiri dari sistem cahaya (fotosintesis I dan II), sistem pembawa elektron dan komplek protein pembentuk ATP (enzim ATP sintase). Rekasi terang mengubah energi cahaya menjadi energi kimia serta menghasilkan oksigen dan mengubah ADP dan NADP menjadi energi pembawa ATP dan NADPH.
Reaksi gelap merupakan lanjutan dari reaksi terang dalam fotosintesis. Rekasi ini tidak membutuhkan cahaya. Bahan reaksi gelap adalah ATP dan NADPH, yang dihasilkan dari rekasi terang dan CO2, yang berasal dari udara bebas. Dari rekasi gelap ini, dihasilkan glukosa (C6H12O6), yang sangat diperlukan bagi reaksi metabolisme.
Pemanfaatan sinar matahari dan CO2 pada proses fotosintesis oleh mikroalga adalah salah satu teknologi untuk memperoleh energi alternatif yang dapat diperbaharui. Energi tersebut tersimpan dalam biomassa sel dan dapat diubah menjadi biodiesel. Pertumbuhan dan komposisi sel mikroalga diperbaharui oleh strain dan kondisi lingkungan, termasuk suhu dan nutrisi. (Astuti, J T., Sriwuryandari, 2010)

Spesies Mikroalga Sebagai Biodiesel
Penelitian ganggang untuk produksi massal minyak berfokus terutama pada mikroalga (organisme yang mampu melakukan fotosintesis dengan diameter kurang dari 0,4 mm termasuk diatom dan cynobakteria) sebagai lawan makroalga, seperti rumput laut. Prefernsi untuk mikroalga muncul karena strukturnya yang kurang komleks, laju pertumbuhan yang cepat, dan kandungan minyak yang tinggi (untuk beberapa spesise). Beberapa spesies alga yang dapat dijadikan sebagai biodiesel adalah: Gracilaria, Dunaliella tertiolecta, Chlorella, Botrycoccus braunii, dan Nannochloropsis sp.

Mikroalga sebagai Biodiesel
Kandungan minyak mikroalga yang tinggi adalah salah satu alasan pengembangan biodiesel dari mikroalga, selain alasan yang berhubungan dengan lingkungan. Komposisi asam lemak pada mikroalga yang sangat bervariasi menyebabkan karakteristik biodiesel yang dihasilkan juga beragam. Keragaman spesies mikroalga akan membuat kandungan asam lemak pada mikroalga juga bervariasi. Asam lemak yang bervariasi pada mikroalga salah satunya dapat dimanfaatkan untuk biodiesel. Bahan baku diesel adalah hidrokarbon yang mengandung 8-10 atom karbon per molekul sementara hidrokarbon yang terkandung pada minyak nabati rata-rata 16-20 atom karbon per molekul sehingga minyak nabati viskositasnya lebih tinggi (lebih kental) dan daya pembakarannya sebagai bahan bakar masih rendah. Dibandingkan dengan tanaman darat penghasil minyak, mikroalga memiliki produktivitas minyak yang lebih tinggi. Semua jenis mikroalga memiliki komposisi kimia sel yang terdiri dari protein, karbohidarat, lemak, dan sel nukleat, dengan persentase yang bervariasi tergantung jenis alga. Kandungan lemak rata-rata sel mikroalga bervariasi anatara 1-70 % tetapi dapat mencapai 90 % berat kering dalam kondisi tertentu.
Salah satu tantangan dalam penggunaan mikroalga sebagai bahan baku biodiesel adalah proses pengambilan minyaknya yang cukup sulit dan mahal. Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk mengambil minyak alga diantaranya Press, Hexane Solvent Oil Extraction, Supercritical Fluid Extraction, Osmotic Shock dan Ultrasonic Extraction. Namun metode yang paling sering digunakan adalah Transesterifikasi.
Transesterifikasi merupakan reaksi antara lemak/minyak nabati dengan alkohol membentuk ester dan gliserol. Karena reaksi ini merupakan reaksi reversibel, maka diperlukan alkohol lebih untuk menggeser kesetimbangan ke arah produk. (Widyastuti & Dewi, 2014).

Jumat, 08 Januari 2021
Posted by Budiatman Dani

Mekanisme Molekuler Sintesis, Aksi Katekolamin Dan Kartisol Dalam Merespon Stres

 

Stres merupakan kondisi yang didalamnya terdapat permintaan yang melebihi kemampuan untuk memenuhinya. Oleh karena itu stres digambarkan keadaan organisme di bawah pengaruh kekuatan internal dan ekternal yang dapat mengancam untuk mengubah keseimbangan dinamis (homeostatis).  Stres merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penyakit jantung, tekanan darah tinggi, peptic ulcer, diabetes, immunosupresan dan disfungsi sistem reproduksi. Hal ini disebabkan stres mempengaruhi sistem metabolisme dan hormonal tubuh. Berdasarkan konsep stres yang dikenalkan oleh Hans Selye dan Walter Cannon, stres merupakan respon non spesifik terhadap stresor yang selalu menginduksi aktivasi pelepasan hormone glukokortikoid dan katekolamin. Hormon ini mempengaruhi sebagian besar metabolisme tubuh (Dharmayanti, 2012)

Katekolamin termasuk neurotransmiter seperti dopamin, epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin), yang dilepaskan selama respons stres tubuh. Tempat diproduksinya di kelenjar adrenalin, batang otak, dan otak. Dapat bersirkulasi dalam darah di mana temapatnya bertindak sebagai hormon dan dipecah setelah hanya beberapa menit kemudian diekskresikan dalam urin. (www.verywellmind.com) Seperti yang diketahui bahwa epinefrin dan norepinefrin memainkan peran yang penting dalam respons terhadap stres karena keduanya menyebabkan denyut jantung dan tekanan darah meninngkat. Epinefrind dan norepinefrin adalah katekolamin dan bila mereka berada dalam aliran darah, maka disebut circulating catecholamines (katekolamin yang beredar). Secara khusus dapat dikemukakan bahwa tingkat norepinefrin yang rendah akan mengakibatkan depresi biasanya disebut dengan katekolamin sistem saraf pusat (sentral). Secara kimiawi keduanya bertindak dengan sistem yang berbeda dan memiliki pengaruh yang berbeda. Katekolamin circulating catecholamines akan merangsang sistem kardiovaskular serta meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah, sedangkan katekolamin pusat (sentral) merangsang sistem limbik dan meningkatkan rangsangan suasana hati dan rangsangan kognitif. (Saemun, 2006)

Sintesis katekolamin biasanya dimulai dengan tirosin. Enzim tirosin hidroksilase (TH) mengubah asam amino L-tirosin mejadi 3, 4 dihydroxyphenylalanine (L-DOPA). Hidroksilasi L-tirosin oleh hasil TH dalam pembentukan perkursor DA L-DOPA, yang dimetabolisme oleh aromatik L-asam amino decarboksilase (AADC) ke pemancar dopamin. Langkah ini terjadi sangat cepat sehingga sulit untuk mengukur L-DOPA di otak tanpa terlebih dahulu mengambat AADC. Dalam neuron yang mengguanakan DA sebagai transmiter, dekarboksilase L-DOPA menjadi dopamin adalah langkah terakhir dalam pembentukan transmiter, namun dalam neuron-neuron yang menggunakan norepinefrin (noradrenalin) atau epinefrin (adrenalin) sebagai pemancar, enzimdopamin β-hidroksilase (DBH), yang mengubah dopamin untuk menghasilkan norepinefrin, juga hadir. Masih dalam neuron lain di mana epinefrin adalah transmiter, enzim ketiga phenylethanolamine N-methyltransferase (PNMT) mengubah norepinefrin menjadi epinefrin. Dengan demikian, sel yang menggunakan epinefrin sebagai pemancarnya mengandung empat enzim (TH, AADC, DBH, dan PNMT), sedangkan neuron norepinefrin hanya mengandung tiga enzim (kurang PNMT) dan sel dopamin hanya dua (TH dan AADC). (en.m.wikipedia.org) 

Katekolamin disintesis dari jaringan saraf medula adrenal. Kelenjar ini merupakan sumber utama dari epinefrin dalam sirkulasi. Katekolamin disintesis dari tirosin dan kemudian disimpan dalam granula yang analog dengan granula yang mensekresi hormon polipeptida. Tirosin diubah menjadi dihidroksifenilalanin (DOPA) oleh hidroksilase tirosin, dan DOPA diubah menjadi dopamin dalam sitoplasma oleh dekarboksilase asam amino-L aromatik. Dopamin kemudian diambiI oleh suatu pengangkut katekolamin ke dalam membran granula, yang diubah menjadi norepinefrin (oleh β-hidroksilase dopamin), produk akhir yang dilepaskan oleh sebagian besar sel penghasil katekolamin tubuh. Namun, dalam medula adrenal dan hanya beberapa lokasi lain, ditemukan feniletanolamin-O- metiltransferase (PNMT); pada kasus-kasus ini, norepinefrin meninggalkan vesikel untuk kembali ke sitoplasma, di mana PNMT mengubah norepinefrin menjadi epinefrin, yang diambil oleh granula untuk sekresi. Katekolamin disimpan dalam granula ini dengan kromogranin A dan ATP dan dilepaskan dengan unsur-unsur ini. (Anwar, 2005)

Kortisol adalah hormon steroid dari golongan glukokortikoid yang diproduksi oleh sel di dalam area fasikulata pada kelenjar adernal sebagai respon terhadap Adrenocortucotropic Hormone (ACTH) yang diskresi oleh kelenjar hipofisis, selain itu hormon kortisol juga diproduksi oleh hepar (hati). Peningkatan produksi ACTH dari kelenjar posterior dan mengaktifkan neuron andrenergik dari locus caeruleas/ norepinephrine (LC/NE). Sistem LC/NE bertanggung jawab untuk merespon langsung terhadap stresor dengan “melawan atau lari (fight or flight), yang didorong oleh epinefrin dan norepinefrin. ACTH merangsang disekresinya kortisol dari kortek adrenal, untuk membuat mekanisme adaptasi terhadap stres yang dialami.(Sugiharto, 2012) ACTH mengatur sekresi kortisol kemungkinan dengan cara mengatur pergerakan kalsium ke dalam sel target yang mensekresi kortisol. (id.wikipedia.org)

Hormon glukokortikoid adalah steroid yang memiliki 21 atom karbon dengan fungsi utama meningkatkan glukoneogenesis. Glukokortikoid pada manusia biasa disebut dengan kortisol yang dihasilkan pada zona fascikulata, dan zona glomerulosa.(Lukman, 2008)

Pemberian nama Kortisol atau glukokortikoid karena kemampuannya menambah produksi glukosa. Glukokortikoid menambah produksi glukosa hati dengan cara meningkatkan kecepatan glukoneogenesis, melepas asam amino dan menyebabkan hormon lain untuk merangsang metabolik kunci. pelepasan ACTH dari pituitaria anterior dapat terjadi ketika tubuh dalam keadaan stres. Tingkat stres yang tinggi pada seseorang menyebabkan tingginya kadar kortisol dalam darah.(Setiyono, Prasetyo, & Maramis, 2015) Pada saat mengalami stres laju metabolisme dalam tubuh akan tinggi sehingga kebutuhkan glukosa sebagai bahan bakar pembentuk energi akan meningkat, dalam membantu penyediaan akan kebutuhan glukosa yang meningkat perlu adaya kortisol sebagai pembantu dalam penyediaan tersebut. 

Glukokortikoid menambah produksi glukosa hati dengan cara meningkatkan kecepatan glukoneogenesis; melepas asam amino dan menyebabkan hormon lain untuk merangsang proses metabolic kunci, termasuk glukoneogenesis dengan efesiensi maksimal. Pada keadaan normal, efek ini dilawan dengan pelepasan insulin yang mempunyai efek berlawanan dengan glukokortikoid. Efek keseimbangan ini biasanya menghasilkan kadar glukosa darah dalam keadaan normal, tetapi dalam keadaan kurang insulin dapat mengalami hiperglikemia sebagai respon terhadap glukokortikoid. Sebaliknya dalam keadaan kurang glukokortikoid akan menyebabkan kurangnya produksi glukosa dan kurangnya cadangan glikogen serta sangat sensitif terhadap insulin.(Lukman, 2008)





Senin, 28 Desember 2020
Posted by Budiatman Dani

FOSIL

Bumi sebagai tempat dan kehidupan manusia menyimpan sumber daya alam yang mensejahterakan. (Nur, 2010) bumi terdapat banyak jenis makhluk hidup yang tak terhitung jumlahnya baik itu binatang, manusia maupun tumbuhan. Semua makhluk hidup tersebut pasti akan mengalami kematian. Setelah mengalami kematian sebagian dari makhluk itu meninggalkan sisa-sisa kehidupan dalam jangka waktu yang lama dan biasa dikenal dengan istilah fosil. 

Fosil berupa tulang belulang atau daun yang tersimpan dalam bantuan yang berasal dari makhluk hidup yang sudah mati. Fosil mempunyai nilai yang sangat penting dalam mempelajari evolusi untuk memberikan bukti yang sangat penting untuk mendukung berbagai teori kehidupan pada masa lalu. Nilai utama fosil terletak pada fungsinya sebagai rekaman yang tidak diragukan lagi mengenai perkembangan kehidupan dari zaman ke zaman di bumi ini. Oleh karena perlu adanya sebuah karya tulis tentang fosil baik berupa paper atau makalah untuk menambah pengetahuan dan wawasan.

Fosil (bahasa Latin: fossa yang berarti "menggali keluar dari dalam tanah") adalah sisa-sisa atau bekas-bekas makhluk hidup yang menjadi batu atau mineral. Untuk menjadi fosil, sisa-sisa hewan atau tanaman ini harus segera tertutup sedimen. Hewan atau tumbuhan yang dikira sudah punah tetapi ternyata masih ada disebut fosil hidup. Fosil yang paling umum adalah kerangka yang tersisa seperti cangkang, gigi dan tulang. Fosil jaringan lunak sangat jarang ditemukan. (id.wikipedia.org. 2019) melalui berbagai proses kimiawi dan fisika di dalam bumi, bagian tubuh organisme tersebut berubah menjadi semakin keras sehingga akhrinya membantu (museum.geology.esdm.go.id. 2019)

Menurut (Alice. 2018) Fosil adalah sisa-sisa hidup dari suatu organisme, tanaman, hewan, atau mikroba. Sedangkan (Paul. 2004) menyatakan fosil adalah sisa-sisa atau bukti hewan atau tanaman yang telah diawetkan secara alami.  Jadi dapat penulis simpulkan bahwa fosil adalah sisa-sisa atau sebuah bukti adanya kehidupan dari waktu sebelumnya atau zaman purba. Fosil dapat memberikan petunjuk tentang dunia masa lampau. Oleh karena itu fosil memberikan informasi bahwa berbagai bentuk kehidupan telah menduduki planet ini khsusunya di bumi. Adapun dari segi manfaatnya fosil dapat menjadi bukti penyusunan skala waktu geologi sehingga dapat diketahui kehidupan telah berkembang dari waktu ke waktu.

Dua Jenis Umum Fosil

Fosil Tubuh (Body fossils)
Fosil tubuh adalah jenis yang paling umum dari fosil yang ditemukan di seluruh dunia. Terbentuk dari sisa hewan dan tumbuhan yang mati, kebanyakan fosil tubuh berupa bagian keras dari tubuh seperti gigi, tulang, kerang, atau batang kayu, cabang, dan batang. (www.dkfindout.com. 2019) 

Fosil Jejak (Trace fossils)
Fosil jejak dapat terdiri dari tayangan yang dibuat pada atau di substrat oleh organisme: misalnya, liang, bor (bioerosi), urolit (erosi yang disebabkan oleh evakuasi limbah cair), jejak kaki dan tanda makan, dan rongga akar. Istilah dalam arti luasnya juga mencakup sisa-sisa bahan organik lain yang dihasilkan oleh suatu organisme misalnya coprolit (kotoran berlemak) atau penanda kimia atau struktur sedimentologis yang diproduksi dengan cara biologis misalnya, stromatolit. Jejak fosil kontras dengan fosil tubuh, yang merupakan sisa-sisa fosil bagian tubuh organisme, biasanya diubah oleh aktivitas kimia atau mineralisasi kemudian. Struktur sedimen, misalnya yang dihasilkan oleh cangkang kosong yang bergulir di sepanjang dasar laut, tidak diproduksi melalui perilaku organisme dan tidak dianggap jejak fosil. (en.wikipedia.org. 2019)

Organisme yang Memfosil

Fosil Vertebrata
Fosil-fosil hewan bertulang belakang, seperti ikan, amfibi, berbagai jenis kelompok reptil, burung, dan mamalia adalah sebagai contoh dari fosil vertebrata. Tulang dan gigi organisme jenis ini adalah bagian terkeras dari beberapa bagian tubuh lainnya, dan dengan demikian bagian tersebut cendrung tahan terhadap erosi, sehingga fosil vertebrata sering ditemukan hanya berupa tulang-tulang dan gigi-gigi nya saja.

Fosil Invertebrata
Fosil invertebrata atau biasa disebut dengan hewan yang tidak memiliki tulang belakang terawetkan dengan baik di berbagai jenis batuan.  Fosil ini sangat berlimpah jenisnya, kebanyakan hidup dalam rentang waktu geologi yang panjang dan karena jenis fosil ini sering terawetkan secara keseluruhan (bukan sebagai fragmen).
Invertebrata yang keras dan bertubuh besar jauh lebih awet; biasanya sebagai makrofosil yang cukup besar. Invertebrata ini lebih sering terawetkan karena bagian-bagiannya yang keras misalnya, shell, armor, pelat, tes, exoskeleton , rahang atau gigi tersusun dari silika (silikon dioksida), kalsit atau aragonit (keduanya bentuk kalsium karbonat), kitin (protein yang sering diinfuskan dengan tricalcium fosfat), atau keratin (protein yang bahkan lebih kompleks), daripada tulang vertebrata (hidroksiapatit ) atau tulang rawan ikan dan tetrapoda yang hidup di darat.
Rahang chelinous dari annelids (seperti scolecodonts laut) kadang-kadang terawetkan sebagai fosil; sementara banyak arthropoda dan brakiopoda inartikulat dengan mudah memfosilkan bagian keras kalsit, kitin, atau keratin. Makrofossil pada hewan invertebrata yang paling umum dan sering ditemukan adalah cangkang berkapur yang sangat keras dari brakiopoda artikulata (yaitu, "cangkang lampu" sehari-hari) dan moluska (seperti kerang, siput, kerang, dan tiram) yang ada di mana-mana. Di sisi lain, siput non-shelly dan cacing non-tubiferous (misalnya, cacing tanah). (en.wikipedia.org. 2019)

Fosil Mikroskopis
Mikrofosil hanya terlihat dengan mikroskop. Bakteri dan serbuk sari yang mikrofosil. Makrofosil memiliki panjang beberapa meter dan berat beberapa ton. Makrofosil dapat berupa pohon yang membatu atau tulang dinosaurus. Sisa-sisa tersebut diawetkan menjadi fosil jika telah mencapai usia sekitar 10.000 tahun. Fosil dapat berasal dari Archaeaean Eon yang dimulai hampir 4 miliar tahun yang lalu. (www.nationalgeographic.org. 2019) 
Komunitas mikroba dalam sedimen kuno dan bagian volcanogenic terbukti menjadi faktor yang paling penting dalam evolusi biosfer dan di atas semua sedimentasi di permukaan bumi, dimulai oleh Archaeaean. Selain itu, kehadiran fosil bakteri berupa eukariota dalam pelapukan kerak Archaeaean menunjukkan bahwa kehidupan di darat. (Astafieva, 2019)
Bakteri yang terawetkan sebagai fosil jauh lebih banyak daripada yang diharapkan, mungkin karena bakteri begitu berlimpah, keras dan karena mereka dapat mengubah lingkungan mereka dengan cara yang signifikan. Studi tentang interaksi bakteri dengan batuan disebut geobiologi - merupakan salah satu bagian dari ilmu geologi yang menjanjikan dan sedang berkembang pesat saat ini.

Fosil Tanaman
Kebanyakan fosil tumbuh-tumbuhan adalah dari tumbuhan daratan karena tumbuhan laut seperti alga terlalu rapuh untuk menjadi fosil. Tidak keseluruhan bagian tumbuhan terawetkan menjadi fosil, tetapi bagian-bagian seperti daun, biji, ranjung, atau potongan potongan kayu sering ditemukan. Spora dan serbuk sari tumbuhan sangat berguna untuk menentukan umur batu. 
Pada fosil tumbuhan, pembentukan fosil yang terjadi adalah karbonisasi akibat bakteri terkait. Selama proses karbonisasi, oksigen dan nitrogen ditukar dengan karbon dan hidrogen. Karbonisasi terjadi dengan penguraian molekul-molekul jaringan oleh bakteri melalui perubahan-perubahan tekanan dan suhu atau beragam proses kimia, yang mendorong perubahan-perubahan kimia pada struktur protein dan selulosa sedemikian sehingga hanya serat-serat karbon yang tersisa. Bahan-bahan organik lain seperti karbon dioksida, metana, asam sulfat, dan uap air lenyap. Proses ini menghasilkan lapisan batubara alami yang terbentuk dari rawa-rawa yang ada selama Zaman Karbon (354 hingga 290 juta tahun silam).

Palynomorphs
Palynomorph secara luas didefinisikan sebagai mikrofosil berdinding organik berukuran antara 5 dan 500 mikrometer. Palynomorph dapat terdiri dari bahan organik seperti kitin, pseudochitin, sporopollenin, dan dinosporin. Biasanya, palynomorph adalah kista dinoflagellate, acritarchs, spora, serbuk sari, jamur, scolecodonts (gigi scleroprotein, rahang dan ciri-ciri terkait cacing annelid polychaete), organ artropoda (seperti bagian-bagian mulut serangga), chitinozoans dan mikroforam. Struktur mikroskopis Palynomorph yang berlimpah di sebagian besar sedimen tahan terhadap ekstraksi serbuk sari rutin termasuk asam dan basa kuat, dan asetolisis, atau pemisahan kepadatan. 
Palynomorph penting dalam menentukan jenis kehidupan prasejarah yang ada pada saat pembentukan sedimen. Akibatnya, mikrofosil ini memberikan petunjuk penting pada kondisi iklim saat itu. Kegunaan paleontologisnya berasal dari jumlah yang melimpah dalam jutaan sel per gram dalam endapan laut organik, bahkan ketika endapan seperti itu pada umumnya tidak bersifat fosil. Namun, palynomorph umumnya dihancurkan dalam batuan metamorf atau rekristalisasi. (Bakrač, 2013) 

Pembentukan Fosil
Keadaan lingkungan organisme berperan penting dalam pembentukan fosil. Proses pemfosilan yang paling umum dan luas disebut permineralisasi atau mineralisasi. Selama proses ini, organisme digantikan oleh mineral-mineral dalam cairan di tanah tempat tubuhnya terendam. Selama proses mineralisasi, tubuh organisme yang terendam diselimuti tanah, lumpur, atau pasir, tubuh organisme mati itu segera dilindungi dari pengaruh udara. Selama bulan-bulan berikutnya, lapisan-lapisan baru endapan ditimbunkan ke sisa-sisa tubuh yang terkubur. Lapisan-lapisan ini bertindak sebagai tameng penebal, fungsinya untuk melindungi tubuh binatang dari anasir-anasir luar dan pelapukan fisik. Semakin banyak lapisan terbentuk, yang satu menutupi yang lainnya; dan dalam beberapa ratus tahun, sisa-sisa binatang terbaring beberapa meter di bawah permukaan tanah atau dasar danau. Sambil waktu terus berlalu, struktur-struktur seperti tulang, cangkang, sisik atau tulang rawan pelan-pelan mulai mengalami penguraian kimia. Air bawah tanah mulai menembus struktur-struktur itu dan mineral-mineral terlarut yang terkandung dalam air-kalsit, pirit, silika, dan besi, yang jauh lebih tahan erosi dan penguraian kimia-perlahan-lahan mulai menggantikan zat-zat kimia dalam jaringan.

Maka, selama jutaan tahun, mineral-mineral ini memunculkan salinan batu yang persis dengan menggantikan jaringan tubuh organisme. Akhirnya, fosil pun memiliki bentuk dan tampak luar yang sama dengan organisme aslinya, walau telah berubah menjadi batu.  Berbagai keadaan dapat dijumpai selama mineralisasi:
  • Jika rangka sepenuhnya berisi larutan cair dan penguraian terjadi pada tahap lanjutan, struktur dalam membatu.
  • Jika rangka sepenuhnya digantikan oleh mineral selain aslinya, suatu salinan lengkap cangkang akan dihasilkan.
  • Jika cetakan persis rangka terbentuk akibat tekanan, maka sisa-sisa permukaan luar rangka mungkin bertahan. 
Fosil kadang kala terbentuk ketika organisme terendam dalam air yang kaya kalsium dan terlapisi oleh mineral-mineral semacam travertin. Sambil membusuk, organisme itu meninggalkan jejak dirinya di lapisan mineral. Pemfosilan sempurna bagian-bagian lunak mahluk hidup, bahkan termasuk rambut, bulu atau kulit, jarang ditemukan. Sisa-sisa bentuk kehidupan berjaringan lunak Zaman Prakambria (4,6 milyar hingga 543 juta tahun yang lalu) terawetkan sangat baik. Ada juga sisa-sisa jaringan lunak mahluk hidup yang memungkinkan struktur-struktur dalam dari Zaman Kambria (543 hingga 490 juta tahun lalu) untuk dipelajari hingga saat ini di samping sisa-sisa jaringan kerasnya. 
Fosil bulu dan rambut binatang yang terawetkan dalam damar dan sisa-sisa fosil berumur 150 juta tahun merupakan contoh-contoh lain yang memungkinkan penyelidikan terinci. Mamot yang membeku di bongkahan es Siberia atau serangga dan reptil yang terjebak dalam damar di hutan-hutan Baltik juga memfosil bersama dengan struktur jaringan lunaknya Fosil bisa sangat beragam dari segi ukuran, sesuai dengan jenis organisme yang terawetkan. Beraneka fosil telah diperoleh dari mikroorganisme yang membatu hingga fosil raksasa binatang-binatang yang hidup bersama sebagai kelompok atau kawanan, menurut pola hidup bermasyarakat. Salah satu contoh fosil raksasa yang paling mencolok seperti itu adalah karang spons di Italia. Mirip dengan sebuah bukit raksasa, karang itu terdiri atas spons batu gamping berumur 145 juta tahun yang tumbuh di dasar laut kuno Tethys dan belakangan terangkat sebagai akibat gerakan lempeng tektonik. Fosil ini mengandung spesimen-spesimen bentuk kehidupan yang menghuni karang spons selama Zaman Trias. Lapis batuan Burgess di Kanada dan Chengjiang di China termasuk di antara lapisan-lapisan fosil terbesar yang berisi ribuan fosil dari Zaman Kambria. Lapisan-lapisan damar di Republik Dominika dan sepanjang pantai barat Laut Baltik adalah sumber-sumber utama lainnya bagi fosil serangga. Lapisan fosil Sungai Hijau (Green River) di negara bagian Wyoming, Amerika Serikat, lapisan fosil Sungai Putih (White River) di Amerika Tengah, lapisan Eichstatt di Jerman dan lapisan fosil Hajulah di Lebanon adalah contoh-contoh lain yang layak disebutkan.

Sebagaimana dengan mahluk yang masih hidup, fosil juga dipelajari menurut kelompok-kelompok yang dirujuk sebagai kingdom (kerajaan). Di abad ke-19, fosil-fosil dikelompokkan bersama menurut dua kelompok dasar: tumbuhan atau hewan. Sesuai dengan pengelompokan fosil yang dikembangkan di tahun 1963, fosil dipelajari menurut lima kerajaan terpisah:
  • Animalia-fosil-fosil dari kerajaan hewan, dengan spesimen tertua yang diketahui berasal dari 600 juta tahun silam.
  • Plantaea-fosil-fosil dari kerajaan tumbuhan, dengan spesimen tertua yang diketahui berasal dari 500 juta tahun silam.
  • Monera-fosil-fosil bakteri tanpa inti, dengan spesimen tertua yang diketahui berasal dari 3,9 milyar tahun silam.
  • Protoctista-fosil-fosil organisme bersel tunggal. Spesimen tertua yang diketahui berasal dari 1,7 milyar tahun silam.
  • Fungi-fosil-fosil organisme bersel banyak. Spesimen tertua yang diketahui berasal dari 550 juta tahun silam.
Proses Pembatuan Fosil
Fosil pada dasarnya adalah sisa-sisa mahluk hidup yang terawetkan dan terkubur dalam batuan. Namun tidak semua batuan dapat mengandung fosil, biasanya jenis batuan yang paling banyak mengandung fosil adalah batuan sedimen. Batuan sedimen pun tidak semuanya memiliki fosil ada faktor-faktor lainnya yang memengaruhi cara kerja pemfosilan yaitu faktor fisik, kimia dan biologi.
Secara fisik batu sedimen seperti batupasir (sandstone) dan konglomerat dibentuk pada lingkungan kasar yang dapat menghancurkan sisa mahluk hidup yang mati dan terkubur di dalamnya. Selain itu butuh waktu lama bagi sebuah sedimen berubah menjadi batuan sedimen melalui proses lithification. Andaipun suatu lapisan sedimen penuh dengan sisa tulang atau tubuh mahluk hidup yang mati, tulang-tulang tersebut akan hancur karena larut dalam air yang asam atau terkena karbon dioksida. Kalupun juga fosil itu terbentuk dalam batuan sedimena, proses panas, suhu dan tekanan karena gaya endogen akan menghancurkan fosil itu sendiri.
Secara Biologi mayat atau tubuh mahluk hidup yang mati akan cepat dimakan oleh organisme (bakteri) ketika terkubur di dalam tanah. Jadi sebenarnya kunci utama agar fosil terbentuk adalah mengubur tubuh mahluk hidup tersebut dengan baik dan mencegah udara kaya oksigen masuk ke dalam tanah.

Syarat Terbentuknya Fosil
Fosilisasi merupakan proses akumulasi sisa-sisa tanaman atau hewan yang menumpuk di sedimen atau endapan, baik menjalani konservasi menyeluruh, atau sebagian jejaknya saja. Ada beberapa kriteria yang dapat di anggap pemfosilan diantaranya yakni:
  • Umur lebih dari 10.000 tahun yang lalu.
  • Organisme memiliki bagian tubuh yang sulit.
  • Mengalami pelestarian.
  • Terjadi secara alami.
  • Mengandung kadar oksigen dalam jumlah kecil.
  • Bebas dari bakteri pembusuk. (www.gurupendidikan.co.id. 2019)



Kamis, 05 November 2020
Posted by Budiatman Dani

About me :)

Foto saya
hobi mendengar suara hujan
Terimakasih Atas Kunjungan Anda di H B D.name

Total Tayangan Halaman

Popular Post

SOCIAL MEDIA

Facebook : @Budiatman Dani Instagram : @hbd.08 Twitter: @budiatmand

- Copyright © budiatmand -Metrominimalist- Powered by HBD.name - Designed by Johanes Djogan Ft Budiatman Dani -